Search This Blog

Translate

Wednesday, January 6, 2021

Di Aitumieri Teluk Wondama, Belanda Membangun Sekolah Untuk Masyarakat Adat

Aitumieri adalah nama tempat di Teluk Wondama di mana Zendeling Belanda membangun sekolah pendidikan pertama untuk masyarakat adat.

Sekolah guru yang didirikan oleh I.S. Kijne
Wisatawan Belanda di Bukit Aitumieri

Pada awal tahun 1923, I.S. Kijne, bersama dengan F.Slumpt dan Yohanes Eygendaal berangkat dari Rotterdam menuju Pulau Mansinam. Perlu waktu berbulan-bulan bagi mereka untuk tiba di Mansinam.

Sekolah berasrama dipindahkan dari Mansinam  ke Bukit Aitumieri di daerah Miei Teluk Wondama pada Oktober 1925. Nama sekolah itu adalah Opleidingsschool voor Volksonderwijzers (Sekolah Pelatihan Bagi Pendidik-pendidik Rakyat) atau Sekolah Guru. Kijne dibantu oleh Gosal seorang guru dari Manado (untuk kelas-kelas lanjutan) dan Joh Ariks dari Mansinam. Pada tahun 1933, sekolah itu diperluas untuk juga mendidik penginjil-penginjil di mana J. Bijkerk bekerja di sana sebagai guru selama bertahun-tahun.I.S. Kijne melakukan perjalanan awal ke Miei dan beberapa kampung di Teluk Wondama pada Januari 1925. Dia memutuskan untuk memilih Bukit Aitumieri sebagai tempat untuk bangunan sekolah yang ia ingin bangun.

Dari tahun 1925 sampai 1941 ada sekitar 250 siswa yang telah belajar di sekolah itu. Bertahun-tahun kemudian mereka bekerja di berbagai bidang di pendidikan, gereja dan pemerintahan. 

Referens:

Ajaib di Mata Kita III (Dit Wonderlijke Werk), Dr. F.C. Kamma, 1994

WISATA ROHANI

Jika ada dari pembaca, beserta rombongan gereja, berniat melakukan kunjungan wisata rohani ke Wondama dan membutuhkan pemandu sebagai: penunjuk jalan, mengatur kendaraan darat dan laut, serta berkomunikasi dengan berbagai pihak di Wondama, silahkan menghubungi

DPC HPI (Himpunan Pramuwisata Indonesia) Kabupaten Teluk Wondama

Ketua - Rio Suabey: +62 821 9869 4761
Wakil- Eky: +62 812 4893 1154
Sekretaris: Amsal Tinoring: +6282197937120

Tuesday, January 5, 2021

Dialog Pagi Tentang Ekowisata di Kampung Aisandami

Berikut ini adalah bincang-bincang di pagi hari mengenai perkembangan ekowisata di Kampung Aisandami oleh Yansen Saragih dari DPD HPI Papua Barat dengan Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Teluk Wondama, Bpk. Christian Mambor dan Bung Tonci Somisa ketua kelompok yang beraktivitas dalam pengembangan ekowisata di Kampung Aisandami.

Dialog pagi ini diselenggarakan di Kampung Aisandami.

Wisata Snorkeling dan Selam Bebas di Pantai Ketapang Lima

Keanekaragaman hayati bahari di Kabupaten Teluk Wondama telah menarik perhatian banyak wisatawan yang suka dengan olah raga selam skuba. Para penggemar snorkeling dan selam bebas (freediving) juga tertarik untuk melihat keindahan dunia bawah laut di kabupaten ini. 


Snorkeling adalah olah raga renang di permukaan di mana perenang mengenakan masker kaca dan pipa napas, pelampung serta sepatu kaki bebek. Dengan menikmati snorkeling, seseorang bisa melihat keindahan terumbu karang dan ikan yang berwarna-warni.
Selam bebas di perairan ketapang lima Kabupaten Wondama
Aktivitas Selam Bebas (freediving)

Pantai Ketapang Lima adalah lokasi yang cocok untuk aktivitas snorkeling dan freediving. Pantai ini sering dikunjungi oleh warga kota Wondama terutama di akhir pekan. Ada gugusan terumbu karang yang terletak kurang lebih 100 meter dari tepian pantai. Terumbu karang tersebut dipisahkan dari darat oleh padang lamun. Karena lokasinya yang agak jauh dari pantai maka  sedikit sekali warga kota yang berenang ke sana kecuali jika mereka menggunakan perahu. 
snorkeling di pantai ketapang lima
Ikan dan Terumbu Karang di Perairan Pantai Ketapang Lima

Terumbu karang yang ada di perairan ini adalah habitat alami bagi berbagai spesies ikan seperti parrotfish, grouper, moorish idol, wrasse, butterflyfish, anemonefish dan masih banyak lagi. Ada juga bintang laut, urchin, dan pohon natal yang bisa dilihat di sana.
Untuk memotret semua ini, tentunya wisatawan perlu membawa peralatan snorkeling dan kamera bawah laut seperti Gopro, Nikon W300, Olympus TG-6. 
perlengkapan snorkeling berupa mask, snorkel dan kaki bebek
Perlengkapan snorkeling yang perlu dibawa oleh wisatawan


Jika wisatawan membutuhkan jasa pramuwisata untuk mengurus perahu, memandu selama snorkeling di laut silahkan menghubungi salah satu dari nama berikut:
DPC HPI Teluk Wondama
Ketua - Rio Suabey: +62 821 9869 4761
Wakil - Eky: +62 812 4893 1154
Sekretaris: Amsal Tinoring: +6282197937120

Beach Walking in Wondama Bay

There are a lot of sago and mangrove trees that grow along the coastal area of Wondama Bay. They become a habitat of reptiles, insects and birds. Mangrove trees grow along the tidal area. Sago trees grow behind the mangrove forest on the land. Fresh water stream usually flows through the sago forest. 

beachwalking in Wondama bay
Coastal Scenery of Wondama Bay as seen from Ramiki Beach

Because sago is the staple food of the indigenous people, we can often see local people in the sago forest cutting, and extracting  sago flour. 

ecotourism in wondama
Fresh water stream that flows through Sago forest in Ramiki  area

One of the places that have got Sago and Mangrove forests in Wondama Bay is Ramiki. Visitors can enjoy beach walking during the low tide to see the beautiful scenery and to watch birds that often walk on the beach or sit on the branches of the trees. Cruiser butterfly, Common Green Birdwing butterfly, Silky Owl Butterfly, and Blue Mountain Swallowtail are some of the butterflies that we can see in the mangrove and sago forest ecosystem. 

Also read: 

A Visit to Mangrove Forest in Wondama Bay